In

Sebuah Kehidupan Pantomim

BandungTerlahir dari sebuah rumah kecil dengan satu saudara kandung laki-laki. Kehidupanku berubah pada saat itu juga, saat aku merasakan dapat berteriak kencang meskipun aku harus terlihat tidak berdaya terlebih dahulu. Bukan perkara bantuan dari seorang perawat cantik saat itu, melainkan campur tangan Tuhan yang memberikan kesempatanNya untukku bisa menjadi seseorang yang tangguh nantinya.



Aku diberikan sebuah nama yang begitu indah dan penuh harapan di dalamnya, yang aku tahu bahwa tidak semua orang bisa menelaah makna nama mereka kemudian mewujudkannya sesuai dengan jalan yang sudah digariskan dan diharapkan oleh kedua orang suci di mata Tuhan itu.

Nararia Retno Dwi Mega Larasati,
Memandang luas dunia ini walau hanya sebatas pulau Jawa yang masih kulewati, tapi aku yakin bisa menggenggam dunia ini dengan pengelihatan dan pemikiranku kelak.

Nama dan harapan yang terus bersusun dan menumpuk bagai segudang barang bekas pernah kurasa hanya akan menjadi sebuah hambatan dimasa mudaku.
Terbang bebas dengan keinginan yang fluktuasinya tidak terprediksi, berjalan apa adanya tanpa ada tekanan, menggantungkan diri pada sebuah kemewahan duniawi yang diberikan kedua orang suci Tuhan tersebut, dan menikmati kehidupan tanpa ada drama pantomim maupun drama teatrikal yang akan membuatmu semakin berapi menghadapi kehidupan.

Tetapi aku salah,
Aku memiliki banyak mimpi dan harapan bahkan balas budi yang sebelumnya tidak mereka minta dan tidak mereka wujudkan begitu saja.
Hingga akhirnya aku harus mencari jati diriku yang sebenarnya.
Membuatku harus terjatuh dalam hal yang tidak pernah diinginkan oleh orang lain dan menerima keberuntungan seperti menang lotre.



Selami diriku untuk bisa tahu lebih dalam, tanpa harus memaksakan kehendak untuk tetap melihatku walau dengan sebelah mata. Masih banyak diluar sana yang lebih indah daripada harus tetap mencari tanpa memahami sedikitpun apa yang sudah terjadi dalam hidup manusia bedebah ini.

Aku hanya sebuah kartu karcis penonton drama pantomim yang hanya bermain dengan raut muka dan cerita kehidupan yang sulit ditebak. Cukup aku yang merasakan itu, dan berusaha memperbaiki untuk melihat senyum sekali lagi dari kedua manusia suci yang dikirimkan Tuhan untuk terakhir kalinya.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments